Tampilkan postingan dengan label ternak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ternak. Tampilkan semua postingan

Budidaya Itik | Budidaya Bebek | Itik | Bebek

Diposting oleh RDJ on 16 Agustus, 201013 Juli, 2010

Budidaya Itik | Budidaya Bebek | Itik | Bebek




BAYANGAN kita menggambarkan peternak itik adalah seorang petani yang sedang menggiring itik dari satu petak sawah ke petak sawah lainnya selesai dipanen. Hal ini dilakukan peternak tradisional untuk menghemat biaya pakan. Namun tentunya sejalan dengan masa pengolahan tanah, musim tanam maka pengembalaan itik pun menjadi terbatas. Pengembangbiakan dengan cara demikian sangatlah menyulitkan karena menyita waktu dan tenaga, juga berisiko terkena racun dari bangkai dan pestisida. Bahkan banyak terjadi produktivitas (masa bertelur -red) paling hanya 12% per tahun akibat stres.
Sejak beberapa tahun yang lalu pemeliharaan itik dikembangkan ke arah sistem pemeliharaan yang lebih intensif, tetapi sampai sejauh ini masih sangat bervariasi, baik cara pengelolaan, bentuk kandang, jenis ransum dan lain-lainnya. Sampai sejauh ini kegiatan usaha peternakan itik intensif baru dilakukan oleh para peternak yang relatif punya modal cukup. Dengan sistem intensif, bukan saja kondisi ternak lebih terkontrol, keamanan lebih terjamin, juga produktivitas ternaknya lebih baik serta skala usaha dapat terus ditingkatkan. Oleh karena itu walaupun dalam skala usaha yang kecil, peternakan itik intensif pada umumnya sudah dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian utama. Sehingga peternak yang pemilikan itiknya 500 ekor dapat berpenghasilan jutaan rupiah per bulannya.
Kegiatan usaha peternakan itik, cukup banyak memberikan pilihan, semua kegiatan usaha peternakan itik memungkinkan untuk dilaksanakan oleh peternak. Peternak bisa memiliki, apakah di bidang pembibitan, produksi telur, pengolahan hasil, atau bahkan produksi pakan atau kegiatan lainnya.
Untuk sistem intensif ataupun sistem ekstensif, jenis ternak bisa jenis itik Tegal, Magelang, Cihateup ataupun jenis itik lainnya. Bahkan untuk itik yang biasa digembalakan pun dapat dipelihara terkurung tetapi memerlukan waktu adaptasi antara 2 minggu sampai 1 bulan. Yang paling penting dalam memiliki bibit untuk peternakan itik intensif adalah seleksi pemilihan bibit berdasarkan penampilan. Bibit yang baik akan tampak cerah baik dilihat dari matanya maupun dari bulunya, gerakannya lincah dan aktif, berjalan tegak, bentuk tubuh lebih besar ke bagian belakang, ujung bulu sayap menyilang, umur relatif masih muda.

Perhatikan Kakinya
Apabila kita membeli itik siap telur atau yang sudah mulai bertelur di samping bentuk tubuh, juga harus diperhatikan umur ternak karena salahsatu sifat genetis itik adalah rontok bulu setiap kali selesai masa produksi telur. Bulu akan tumbuh kembali dalam waktu lebih kurang 2 bulan, sehingga penampilan itik akan tampak lebih muda lagi. Untuk membedakan umur itik, apakah sudah cukup tua atau masih muda dapat dilihat terutama pada kakinya. Kaki itik tua akan tampak buku-buku jarinya dan sendi pangkal kakinya relatif lebih besar dan kasar, demikian juga sisik kakinya tampak besar-besar dan kasar. Pada itik yang lebih tua lagi kulit pada pangkal sayap bagian depan akan terlihat berwarna kehitam-hitaman. Walaupun untuk tujuan produksi telur, tetapi pada umumnya pada setiap kelompok itik betina (40 - 50 ekor) disediakan 1 ekor itik pejantan.
Yang paling berbeda dari kedua sistem pemeliharaan ini adalah model kandang, pengelolaan dan pakan ternak. Kandang untuk pemeliharaan itik yang intensif harus cukup memberikan kenyamanan dan keamanan, lokasi kandang harus di tempat yang relatif sepi dan jauh dari lalu-lintas, model kandang juga harus mampu melindungi ternak dari gangguan cuaca (hujan, angin dan terik sinar matahari). Selain itu kandang yang baik harus terhindar kontak langsung antara ternak dengan pemeliharanya. Walaupun tidak begitu nampak, itik merupakan ternak yang mudah terganggu dan stres. Stres pada itik tentunya mengurangi produksi telur. Oleh karena itu pelaksanaan setiap kegiatan di dalam kandang, seperti memberi makan, minum, mengganti alas kandang dll harus dapat dilaksanakan tanpa mengganggu kenyamanan ternak.
Kandang itik berbeda dengan kandang ayam atau kandang ternak lainnya (lihat gambar). Kandang itik terdiri dari dua bagian yaitu kandang tempat bertelur, istirahat dan kandang umbaran. Kandang tempat bertelur mempunyai dinding tertutup sedangkan tempat umbaran terbuka. Atap kandang sebaiknya menutupi seluruh bagian kandang termasuk kandang umbaran, agar dapat menghindari itik dari panas terik matahari dan hujan.

Pemberian Pakan
Pada pemeliharaan intensif pemberian pakan diberikan dua kali sehari dengan diselingi pemberian hijauan (eceng, kangkung dll) pada tengah hari, sedangkan pemberian air minum disediakan terus menerus. Tempat makan dan tempat minum harus diletakkan berdekatan karena mengambil makanan dan minuman dilakukan bergantian. Makan pagi diberikan pada pukul 06.30 dan sudah harus tersedia di tempat umbaran sebelum kandang tempat bertelur dibuka. Pengambilan telur dapat dilaksanakan pada saat itik sedang makan. Pemberian makanan hijauan dilakukan pukul 11.00 di dalam kandang bertelur, dan itik dibiarkan istirahat sampai saat makan siang tiba. Makan siang disediakan di kandang umbaran sekitar pukul 13.00. Kemudian pada pukul 17.00 itik harus dimasukkan ke kandang bertelur. Luas kandang tergantung kepada jumlah itik yang dipelihara, tetapi setiap kelompok itik diusahakan tidak lebih dari 50 ekor, kepadatan kandang antara 4-8 ekor/m2.
Jenis pakan itik sangat bervariasi antar daerah, bukan hanya tergantung kepada ketersediaan jenis bahan pakan, tetapi juga tergantung kepada kebiasaan di daerah yang bersangkutan. Bahan pakan yang biasa diberikan di antaranya, konsentrat itik, dedak halus, menir, nasi aron, jagung giling, gabah, tepung ikan, bekicot, keong mas, lancang, kepala kodok, mineral itik dll. Namun setiap peternak meracik ransum berbeda-beda. Ada yang meracik 1: 4-5, antara konsentrat dan dedak ditambah 2%, mineral dengan pemberian 150 - 170 gram/ekor/hari. Peternak lain meracik ransumnya dengan campuran 2:1:10 atau 12:50:100 antara konsentrat, lancang dan dedak halus. Tetapi berbagai jenis ransum yang diberikan cukup memberikan hasil sesuai yang diharapkan, walaupun secara teoritis ransum itik harus mengandung protein kasar antara 15 - 17 % dan energi metabolis 2.700 kkal/kg, Ca 2,73-3% dan P 0,60%. Yang harus lebih diperhatikan dalam penyediaan ransum itik adalah penggunaan bahan pakan harus diusahakan tetap karena setiap pengurangan maupun penambahan pakan akan berpengaruh terhadap produktivitas telur.
Demikian pula penyakit, itik merupakan unggas yang tahan dari serangan penyakit. Kalaupun ada paling terkena salmonelasis , berak hijau dan lemes. Tapi itu pun jarang terjadi asal kebersihan kandang tetap dijaga dan dekat sumber air.


Ujang Arifin "Juragan" Itik dari Cipinang
MOTIVASI yang kuat dan konsisten menjalani profesi, itulah yang membuat Ujang Arifin seorang peternak itik mampu meraih keuntungan jutaan rupiah tiap bulannya dari produksi telur unggas yang satu ini. Saat "MB" bersama PPL dari Dinas Peternakan Kab. Bandung Ir. Nanang Ridwan berkunjung ke rumahnya di daerah Cipinang, (15 km dari Banjaran arah Pangalengan Kab. Bandung --red) memang ia tidak menampakkan diri layaknya seorang "pengusaha" yang berhasil. Sosoknya tetap sederhana. Yang jelas, pria tamatan SD ini begitu fasih mengungkapkan seluk-beluk beternak itik maupun mengkalkulasikan untung ruginya.
Pada mulanya, tidak terbesit sedikit pun ia bercita-cita menjadi seorang peternak itik. Justru keinginan itu muncul saat ia melihat seorang peternak di wilayah pantura (pantai utara) yang berhasil mengembangkan budidaya itik. Profesi sopir truk yang menjadi mata pencaharian keluarga dengan lapang dada ia tinggalkan. Niat bapak 4 anak ini sudah bulat ingin menjadi peternak itik yang berhasil. Bahkan, untuk mewujudkan impiannya ia rela merogok saku hingga jutaan rupiah untuk "berguru" kepada peternak di daerah Losari, Indramayu hingga ke daerah penghasil telur itik di Jateng. "Saat memulai usaha ini pada tahun 1993. Waktu itu, karena terbentur modal jumlah itik saya cuma 20 ekor. Bahkan lahan untuk kandang pun menyewa," ungkapnya menceritakan awal mula beternak itik.
Kini berkat ketekunannya, mengembangkan pola intensif ternak itiknya sudah berkembang hingga 1.000 ekor lebih dengan tingkat produksi telur mencapai 65% atau 650 butir per harinya. Seluruh hasil produksinya ia lempar ke pasar tradisional yang ada di Kab. Bandung dengan harga rata-rata Rp 600,00/butir. Tapi sebagian besar telur segar ini dijadikan telur asin karena dari segi penjualan lebih menguntungkan. Coba saja per butirnya dijual Rp 800,00. Bahkan agar kualitasnya terjamin Ujang sengaja memberi tempelan merek dagang pada telur asin buatannya.
Itu baru keuntungan dari penjualan telur. Belum termasuk dari penjualan itik yang diafkir (tidak berproduksi lagi) dengan harga Rp 8.500,00/ekor ke peternak di Karangampel, Indramayu karena umurnya di atas 2 tahun. Tidak heran, dari seluruh penjualannya telur asin maupun itik yang diafkir ia bisa meraih keuntungan Rp 6 juta setiap bulannya. "Tapi itu baru keuntungan kotor pak , soalnya belum dipotong biaya pakan, obat dan bayar cicilan bank. Ya keuntungan bersihnya sekitar 3 sampai 4 juta-an," katanya yang mengaku sebagian luas lahan ternak 1.400 m2 sudah mampu ia beli dari hasil ternaknya.

Kunci Sukses
Besarnya minat konsumen terhadap telur asin buatanya, membuat ia kewalahan memenuhi permintaan. Seperti bandar dari Pontianak yang meminta 14.000 butir per minggunya, namun ia baru sanggup memenuhi 1.000 butir karena di samping untuk menjaga kualitas juga ia lebih mementingkan permintaan pasar lokal. "Jangankan untuk memasok ke luar daerah, permintaan lokal pun belum semua terpenuhi akibat minimnya pasokan dari peternak setempat. Rasanya sayang kalau peluang ini tidak dimanfaatkan sebab prospek telur itik ini menjanjikan," tambah Ujang yang tidak pernah berhenti belajar ini.
Ia pun tidak segan-segan mengungkapkan kunci kesuksesannya beternak itik. Yaitu, bibit (DOD) harus dari kualitas super, kandang harus selalu bersih dan terlindung dari panas dan hujan, pemberian pakan yang kontinyu, pemeliharaan yang baik serta manajemen usaha. Nah , kalau bagi peternak pemula saya kira semua kriteria itu harus konsisten dijalankan sebab kalau tidak jangan harap usahanya akan berkembang," tambahnya lagi.
More aboutBudidaya Itik | Budidaya Bebek | Itik | Bebek

Tips Membesarkan Ikan Gurame | Ikan Nila

Diposting oleh RDJ on 16 Agustus, 201013 Juli, 2010

Penggunaan kolam dengan kedalaman dua meter atau lebih merupakan teknik budidaya yang relatif baru bagi para pembudidaya ikan. Pembudidaya biasa menggunakan kolam dengan kedalaman berkisar antara 1,0 – 1,2 m. Adopsi teknik budidaya ini dapat memberikan dampak yang positif bagi para pembudidaya, mengingat penambahan rata-rata kedalaman kolam sekitar 80 – 100 cm dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan hingga 400% (dalam pemanfaatan luas) atau 150% (dalam pemanfaatan volume). Secara finansial, pendalaman kolam hanya memerlukan biaya sekitar Rp 30.000/m3 sedangkan biaya perawatan/perbaikan kolam tidak mengalami perubahan.

Tabel Proses Produksi Pembesaran Gurame

Deskripsi
Satuan

Luas kolam M2 300 300
Kedalaman kolam M 1 2

Penanaman
Kepadatan Ekor/m2 3 – 5 9 – 11
Ukuran Ekor/kg 250 – 350 250 – 350
Jumlah EkorKg 900300 2700900

Pemeliharaan
Pakan buatan % bobot tubuh/hariKg total 1 – 3350 – 400 1 – 31100 – 1200
Pakan alami % bobot tubuh/hari 1 – 2atau secukupnya 1 – 2atau secukupnya

Pemanenan
Ukuran Ekor/kg 600 – 750 600 – 750
Sintasan % 85 – 95 85 – 95
Jumlah Kg 600 – 700 1800 – 2500

Penggunaan kolam dengan kedalaman dua meter dapat memberikan dampak positif pada usaha budidaya gurame. Kolom air yang lebih dalam memberikan kesempatan yang lebih lama pada ikan untuk menangkap pakan tenggelam yang diberikan sesuai dengan karakteristik biologi ikan gurame yang cenderung lambat merespon pakan. Selain itu, bentuk ikan yang pipih dengan gerakan yang cenderung dominan vertikal juga dapat lebih mengefisienkan kolom air yang dalam dibandingkan dengan pada kolom air yang dangkal. Tingkah laku ikan gurame yang sangat responsif terhadap gangguan eksternal juga dapat dikurangi pada kedalaman kolam dua meter dibanding dengan satu meter. Walaupun di sisi lain, peningkatan padat tebar pada kolam dua meter dapat mengakibatkan ikan kurang dapat menerima stress internal yang mungkin terjadi, misalnya: gesekan antar ikan saat terjadi kejutan. Selain itu, peningkatan padat tebar juga berimplikasi pada peningkatan beban bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan sehingga dapat mengurangi daya dukung (carrying capasity) kolam.

Dampak penggunaan kolam dalam yang cenderung kontradiktif tersebut dapat ditunjukkan dari hasil pemeliharaan ikan pada kolam percontohan. Hasil pemeliharaan ikan pada kolam percontohan (kolam dalam, 2 m) relatif tidak berbeda dengan hasil pada kolam pembudidaya (kolam dangkal, 1,0 – 1,2 m), baik dengan sistem produksi monokultur (gurame) maupun polikultur (gurame dengan nila dan gurame dengan nilem).

Dampak positif penggunaan kolam dalam tidak cukup tampak dari adanya peningkatan pertumbuhan ikan yang ditanam dibandingkan dengan kolam dangkal. Peningkatan yang sangat signifikan pada penggunaan kolam dalam dapat diperoleh dari efisiensi penggunaan lahan. Pada luasan lahan yang sama, produksi ikan dengan kolam dangkal dapat ditingkatkan 3-4 kali lipat bila dengan menggunakan kolam dalam sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi secara total dalam satu kawasan.

Hasil ikan gurame pada sistem monokultur relatif tidak berbeda dengan hasil pada sistem polikultur tetapi terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil panen ikan nila atau nilem. Antara ikan utama (gurame) dengan ikan tambahan (nila atau nilem) tampaknya tidak terdapat persaingan untuk mendapatkan sumber makanan, baik pakan utama (pelet buatan) maupun pakan tambahan (hijauan). Meskipun ikan-ikan ini cenderung bersifat herbivora, namun karena dilakukan pengaturan ukuran tanam sehingga persaingan dapat ditekan dan ikan tambahan tampaknya cenderung memanfaatkan sisa metabolisme ikan utama dan sumber makanan lainnya.

Penggunaan pakan buatan tenggelam yang bersumber dari hasil produksi kelompok pembudidaya menunjukkan hasil total yang relatif tidak berbeda dibandingkan dengan menggunakan pakan buatan apung yang bersumber dari pabrik pakan. Secara visual, ikan yang diberi pakan apung tampak berukuran lebih gemuk dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tenggelam. Namun secara bobot, ikan yang diberi pakan berbeda tersebut relatif tidak berbeda sehingga dari bobot total panenan juga tidak berbeda. Sedangkan pada penanganan pasca panen (transportasi ikan dari kolam sampai pasar), terdapat perbedaan ketahanan tubuh antara ikan dengan sumber pakan yang berbeda tersebut. Ikan yang diberi pakan tenggelam cenderung lebih tahan terhadap tekanan fisiologis saat transportasi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan apung. Namun demikian, pada kegiatan percontohan ini tidak dilakukan identifikasi secara mendetail dan perlu penelaahan yang lebih lanjut mengenai perbedaan ketahanan tubuh tersebut.

Kategori: gurame
More aboutTips Membesarkan Ikan Gurame | Ikan Nila

Tips Kolam

Diposting oleh RDJ on 16 Agustus, 201013 Juli, 2010

Penggunaan kolam dengan kedalaman dua meter atau lebih merupakan teknik budidaya yang relatif baru bagi para pembudidaya ikan. Pembudidaya biasa menggunakan kolam dengan kedalaman berkisar antara 1,0 – 1,2 m. Adopsi teknik budidaya ini dapat memberikan dampak yang positif bagi para pembudidaya, mengingat penambahan rata-rata kedalaman kolam sekitar 80 – 100 cm dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan hingga 400% (dalam pemanfaatan luas) atau 150% (dalam pemanfaatan volume). Secara finansial, pendalaman kolam hanya memerlukan biaya sekitar Rp 30.000/m3 sedangkan biaya perawatan/perbaikan kolam tidak mengalami perubahan.

Tabel Proses Produksi Pembesaran Gurame

Deskripsi
Satuan

Luas kolam M2 300 300
Kedalaman kolam M 1 2

Penanaman
Kepadatan Ekor/m2 3 – 5 9 – 11
Ukuran Ekor/kg 250 – 350 250 – 350
Jumlah EkorKg 900300 2700900

Pemeliharaan
Pakan buatan % bobot tubuh/hariKg total 1 – 3350 – 400 1 – 31100 – 1200
Pakan alami % bobot tubuh/hari 1 – 2atau secukupnya 1 – 2atau secukupnya

Pemanenan
Ukuran Ekor/kg 600 – 750 600 – 750
Sintasan % 85 – 95 85 – 95
Jumlah Kg 600 – 700 1800 – 2500

Penggunaan kolam dengan kedalaman dua meter dapat memberikan dampak positif pada usaha budidaya gurame. Kolom air yang lebih dalam memberikan kesempatan yang lebih lama pada ikan untuk menangkap pakan tenggelam yang diberikan sesuai dengan karakteristik biologi ikan gurame yang cenderung lambat merespon pakan. Selain itu, bentuk ikan yang pipih dengan gerakan yang cenderung dominan vertikal juga dapat lebih mengefisienkan kolom air yang dalam dibandingkan dengan pada kolom air yang dangkal. Tingkah laku ikan gurame yang sangat responsif terhadap gangguan eksternal juga dapat dikurangi pada kedalaman kolam dua meter dibanding dengan satu meter. Walaupun di sisi lain, peningkatan padat tebar pada kolam dua meter dapat mengakibatkan ikan kurang dapat menerima stress internal yang mungkin terjadi, misalnya: gesekan antar ikan saat terjadi kejutan. Selain itu, peningkatan padat tebar juga berimplikasi pada peningkatan beban bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan sehingga dapat mengurangi daya dukung (carrying capasity) kolam.

Dampak penggunaan kolam dalam yang cenderung kontradiktif tersebut dapat ditunjukkan dari hasil pemeliharaan ikan pada kolam percontohan. Hasil pemeliharaan ikan pada kolam percontohan (kolam dalam, 2 m) relatif tidak berbeda dengan hasil pada kolam pembudidaya (kolam dangkal, 1,0 – 1,2 m), baik dengan sistem produksi monokultur (gurame) maupun polikultur (gurame dengan nila dan gurame dengan nilem).

Dampak positif penggunaan kolam dalam tidak cukup tampak dari adanya peningkatan pertumbuhan ikan yang ditanam dibandingkan dengan kolam dangkal. Peningkatan yang sangat signifikan pada penggunaan kolam dalam dapat diperoleh dari efisiensi penggunaan lahan. Pada luasan lahan yang sama, produksi ikan dengan kolam dangkal dapat ditingkatkan 3-4 kali lipat bila dengan menggunakan kolam dalam sehingga dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi secara total dalam satu kawasan.

Hasil ikan gurame pada sistem monokultur relatif tidak berbeda dengan hasil pada sistem polikultur tetapi terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil panen ikan nila atau nilem. Antara ikan utama (gurame) dengan ikan tambahan (nila atau nilem) tampaknya tidak terdapat persaingan untuk mendapatkan sumber makanan, baik pakan utama (pelet buatan) maupun pakan tambahan (hijauan). Meskipun ikan-ikan ini cenderung bersifat herbivora, namun karena dilakukan pengaturan ukuran tanam sehingga persaingan dapat ditekan dan ikan tambahan tampaknya cenderung memanfaatkan sisa metabolisme ikan utama dan sumber makanan lainnya.

Penggunaan pakan buatan tenggelam yang bersumber dari hasil produksi kelompok pembudidaya menunjukkan hasil total yang relatif tidak berbeda dibandingkan dengan menggunakan pakan buatan apung yang bersumber dari pabrik pakan. Secara visual, ikan yang diberi pakan apung tampak berukuran lebih gemuk dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan tenggelam. Namun secara bobot, ikan yang diberi pakan berbeda tersebut relatif tidak berbeda sehingga dari bobot total panenan juga tidak berbeda. Sedangkan pada penanganan pasca panen (transportasi ikan dari kolam sampai pasar), terdapat perbedaan ketahanan tubuh antara ikan dengan sumber pakan yang berbeda tersebut. Ikan yang diberi pakan tenggelam cenderung lebih tahan terhadap tekanan fisiologis saat transportasi dibandingkan dengan ikan yang diberi pakan apung. Namun demikian, pada kegiatan percontohan ini tidak dilakukan identifikasi secara mendetail dan perlu penelaahan yang lebih lanjut mengenai perbedaan ketahanan tubuh tersebut.

Kategori: gurame
More aboutTips Kolam

Budidaya Ikan Gurame

Diposting oleh RDJ on 16 Agustus, 201013 Juli, 2010


Budidaya ikan gurame (Osphronemus gourame) tidak semudah budidaya ikan mas dan nila. Meski dapat memijah secara alami, ikan ini perlu penanganan khusus, terutama pada saat pemijahan, penetasan dan pemeliharaan larva. Namun demikian, budidaya ikan gurame telah berhasil dikembangkan, karena peluang usahanya tetap menjanjikan.

Pematangan Gonad

Pematangan gonad ikan gurame bisa dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 50 m2; keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 50 – 70 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 40 ekor induk ukuran 2,5 – 4 kg; beri pakan tambahan berupa daun talas sebanyak 2 persen dan 1 persen setiap hari.

Seleksi

Seleksi induk dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad : berdagu (atas kepala) datar, perut agak gendut; tubuh agak kusam; gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan. Tanda induk jantan : berdagu menonjol, gerakan lincah, tubuh lebih terang dan bercahaya; lubang kelamin kemerahan.

Pemijahan

Pemijahan ikan gurame dilakukan di kolam tanah. Kolam tersebut harus jauh dari keramaian. Caranya : siapkan kolam ukuran 50 m2; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan selama 3 – 5 hari; isi air setinggi 60 cm dan alirkan secara kontinyu; pasang 4 buah sosog (sarang terbuat dari bambu atau tempat sampah plastik) di empat sudut kolam; masukan 30 ekor induk betina; pasang empat buah rak bambu 5 cm di atas permukaan air; letakan ijuk atau sabuk kelapa sebagai bahan sarang; masukan pula 10 ekor induk jantan; ambil sarang sudah berisi telur (biasanya sarang sudah tertutup dengan ijuk atau sabuk kelapa dan air sekitar sarang berminyak); tetaskan di tempat penetasan.

Penetasan dalam akuarium

Penetasan telur ikan gurame dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 30 cm; pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan selama penetasan; masukan telur dari sebuah sarang yang sudah dibersihkan dari sampah dan telur-telur yang busuk; penetasan akan berlangsung selama 10 hari; pada hari kelima sebagian airnya dibuang dan diganti dengan air baru; panen larva atau beni dengan sekup net dan siap ditebar ke kolam pendederan I.

Penetasan dalam baskom plastik

Penetasan telur ikan gurame bisa juga dilakukan di baskom plastik. Caranya : siapkan sebuah baskom plastik besar (volume 50 liter); keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 cm; masukan telur dari sebuah sarang yang sudah dibersihkan dari sampah dan telur-telur yang busuk; penetasan akan berlangsung selama 10 hari; pada hari kelima sebagian airnya dibuang dan diganti dengan air baru; panen larva atau beni dengan sekup net dan siap ditebar ke kolam pendederan I.

Pendederan I

Pendederan pertama dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 100 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 10.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 0,5 – 1 tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 100 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 8.000 ekor benih dari pendederan I (telah diseleksi); beri 1 - 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur sebulan.

Pendederan III

Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 100 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 6.000 ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 3 – 5 kg pelet kecil (khusus gurame); panen benih dilakukan sebulan kemudian.

Pembesaran

Pembesaran ikan gurame dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 200 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 4 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 - 60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 3 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 0,5 kg sebanyak 400 – 500 kg. Info lengkap : BUDIDAYA IKAN GURAME
More aboutBudidaya Ikan Gurame

Pengikut

Free advertising
eXTReMe Tracker